Kolom

Menyikapi Kontroversi Logo Baru: Antara Halal, Haram, dan Halaka

...

al-Ibar.net-Logo merupakan sebuah representasi visual yang akan membuat sebuah produk menjadi lebih unik dan menarik. Logo adalah cerminan identitas produk agar lebih dikenal banyak orang. Terkadang logo itu jauh lebih penting dari sebuah produk itu sendiri. Terbukti pernah saya temukan sebuah kursi berlogo “Apel Krowak (gompal)”, padahal hanya berbahan plastik. Kenapa apel harus krowak?

 

Apel Krowak memang sangat ikonik di dunia teknologi. Gambar apel krowak bekas tergigit dikatakan sebagai simbol sumber pengetahuan, yang merujuk pada kisah Isaac Newton yang menemukan teori gravitasi ketika melihat apel jatuh.  Selain itu, logo ini mengandung sebuah filosofi yang mengarah pada cerita Adam dan Hawa yang menggigit buah khuldi. Ah masa iya? Buah khuldi itu serupa dengan apel? Sepertinya buah khuldi lebih serupa gunung. Buktinya logo halal yang baru terbitan BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal) Kementerian Agama berbentuk gunungan.

 

Ah, itu kan hanya hal yang mengada-ada. Karena penggambar logo Apple Rob Janoff dari CreativeBits pada 2009 yang menyebutkan, Janoff berkata bahwa Steve Jobs memintanya untuk menggambar outline sederhana dari Apple. Alasan mengapa tergigit yaitu untuk membedakan antara buah apel dan buah ceri.  Gigitan itu pun dibuat sesuai skala agar logo tersebut tetap terlihat apel, bukan buah yang lain. Jadi alasan utamanya adalah sebagai pembeda; jelas, tidak serupa.

Karena yang remang-remang kerap kali rentan memancing kegaduhan. Ada beribu kegaduhan yang tidak kunjung reda akibat ketidakjelasan kebijakan. Bahkan kini muncul lagi kegaduhan mengiringi perpindahan wewenang label halal dari MUI ke Kemenag. Logo yang berganti bentuk dan warna, sarat filosofi budaya. Melahirkan kontroversi berbagai kalangan. Desainnya dianggap tak biasa. Tak jelas terbaca dan identik dengan satu suku; terkesan Jawasentris, katanya. Ada yang membacanya halal, ada yang membacanya haram, dan ada yang membacanya ‘halaka’ yang berarti rusak. Saya membacanya tetap halal. Namanya juga logo halal.

 

Kita memang perlu kembali ke petunjuk Baginda Nabi, “Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan perkara di antara keduanya adalah syubhat”. Jadi hemat saya, jangan sampai logo itu nanti dipahami sebagai logo syubhat. Logo halal terbaru dibaca halal atau dibaca haram? Lucunya ada yang membolak-balikkan berkali-kali malah membacanya “halah” (dengan logat Jawa).

Saya jadi teringat pada cerita dari senior, saat sowan kepada Grand Syaikh Al-Azhar, Syaikh Ahmad Toyyib. seorang mahasiswi baru bertanya: “Mengapa makanan di Mesir tidak ada logo halal, layaknya di Indonesia?”

 

Beliau hanya senyum seraya menjawab singkat: “Makanan yang kalian temui di Mesir Insyaallah halal meski tidak ada logo halalnya.”

 

Ah, tetapi itu kan di Mesir yang mungkin hampir seratus persen produsennya seorang yang paham pada aturan syariah. Sementara di Indonesia? Logo halal berfungsi memberi perlindungan dan kepastian hukum akan hak-hak konsumen terhadap produk yang tidak halal, menjamin bahwa produk telah dikaji secara menyeluruh, tidak adanya kontaminasi bahan nonhalal dan najis sehingga sesuai dengan hukum syariah Islam.

 

Dus, suara yang mengatakan logo itu terlalu Jawasentris. Saya kira, itu tidak perlu terlalu diperdebatkan. Karena kata halal—sekali pun ditulis latin—tetaplah serapan dari bahasa Arab. Memang apa arti etimologi halal dalam bahasa Indonesia? Tidak sebatas bermakna kawin kan? Seperti sebuah ungkapan dari seorang janda, “Akang! Halalin aku dong.” Kenapa janda? Karena ungu kata Sujiwo Tejo adalah warna janda. Kayaknya tetap lebih anggun warna hijau. Seperti warna sayuran. Tetapi apa pun bentuk labelnya, makanan halal adalah pilihan tepat. Agar kita sehat badan, sehat spiritual.

Muh Kurdi Arifin

Mantan peimred sidogiri.net yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Al Azhar Syarif Cairo Mesir & Ketua PC HMASS Mesir

Kontributor

al-ibar.net dikelola oleh para penulis dan kreator yang butuh dukungan dari sahabat-sahabat. Yuk bantu al-ibar.net agar istikamah melahirkan karya yang mengedukasi dan berkualitas. Atas partisipasinya, kami ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya.

Transfer donasi ke:

Bank Jatim
No Rek: 1282095285
A.n Yayasan Harakah Annajah Surabaya

Konfirmasi ke alibardotnet@gmail.com