al-Ibar.net – Syaikhona Muhammad Kholil merupakan pusat genealogi intelektual yang saling terhubung dan bersambung menjadi kapital besar dalam pembangunan peradaban termasuk perlawanan kultural kaum santri. Beliau juga menjadi pemantik lahirnya nasionalisme di kalangan ulama dan santri dengan menggelorakan semangat perlawanan di berbagai wilayah Nusantara.
Selain mempelopori infrastruktur jaringan ulama dan santri di Nusantara, Syaikhona Muhammad Kholil juga menggunakan instrumen pendidikan Islam dalam membumikan Islam di Nusantara. Oleh karena itu, beliau juga dikenal sebagai sosok yang tidak hanya sebagai guru, tetapi sekaligus pencetak kader para guru. Munculnya ulama-ulama Nusantara yang mampu menjadi pendiri pondok pesantren di Madura dan Jawa, merupakan bukti nyata dari peran beliau melalui pendidikan.
Lalu bagaimana metode beliau dalam mentransfer berbagai ilmu kepada para santrinya? Dalam mendidik, Syaikhona Muhammad Kholil memiliki gaya yang unik dalam mentransfer ilmu kepada santri-santrinya, yaitu dengan memadukan berbagai pendekatan keilmuan dan disampaikan dengan metode khusus.
Metode Syaikhona Muhammad Kholil inilah yang ingin penulis paparkan dengan maksud agar kita sebagai santri-santrinya bisa meneladani dan melestarikan jejak peninggalannya. Dalam buku “Biografi Syaikhona Muhammad Kholil: Guru Para Ulama dan Pahlawan Nasional (2021)” dan sekaligus sebagai catatan penting bahwa terdapat dua metode mentransfer ilmu ala Syaikhona Muhammad Kholil. Kedua metode tersebut adalah metode lahiriyah dan metode batiniyah.
Metode lahiriyah yang dimaksud adalah penerapan pentransferan ilmu dengan cara:
1. Menulis kitab
Salah satu kegemaran yang ditekuni oleh Syaikhona Muhammad Kholil adalah bidang karya tulis, terdapat berbagai macam kitab yang berhasil ditulisnya. Hal ini sebagaimana telah dihimpun oleh Lajnah Turots Ilmi Syaikhona Muhammad Kholil, kitab-kitab tersebut antara lain; al-Matnu as-Syarif (menjelaskan tentang panduan fiqh ibadah), as-Silah fi Bayan an-Nikah (panduan tentang pernikahan), Isti’dad al-Maut (panduan fiqh jenazah), Taqrirat Nuzhah Thullab (tentang kaidah i’rab), al-Bina’ Dhimna Tadrib wa Mumarasah (tentang ilmu sharaf), Mukhtashar Fiqh Ibadah, Ratib Syaikhona Muhammad Kholil, Jauharah at-Tauhid dan lain-lain.
2. Menerjemahkan dan syarah kitab
Bagi Syaikhona Muhammad Kholil, keahlian menerjemahkan dan mensyarahi kitab kuning sudah tidak diragukan lagi. Hal ini terbukti dengan banyaknya karya yang dihasilkannya sebagaimana kitab yang pernah ditulis dalam bentuk terjemahan adalah kitab Tafsir al-Khalil (terjamah lengkap Al-Qur’an dengan Jawa pegon dan catatan pinggir). Sedangkan kitab yang berbentuk syarah adalah kitab al-Izziy fi ilmi al-Tasrif (materi ilmu sharaf), Taqrirat Matn al-Jurumiyyah (materi Nahwu tingkat dasar dengan makna Jawa pegon), Taqrirat Alfiyah (materi Nahwu tingkat lanjutan), dan juga Kitab Maulid al-Barzanji disertai maknanya.
3. Penekanan pada ilmu gramatika Arab
Syaikhona Muhammad Kholil juga masyhur dengan kealimannya dalam bidang gramatika Arab (ilmu nahwu dan sharaf), hal ini didukung dengan banyak karyanya yang dihasilkan dalam ilmu alat dan penekanan kepada para santri-santrinya untuk belajar kitab Alfiyah. Kealiman beliau dalam gramatika Arab juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari seperti telah masyhur ketika ada tamu yang sowan kepada beliau dan mengajukan sebuah pertanyaan, maka Syaikhona Kholil menjawabnya dengan bait-bait Alfiyah ibnu Malik.
4. Kaderisasi
Dalam buku Biografi Syaikhona Muhammad Kholil, Syekh Yasin bin Isa al-Fadani menyebutkan bahwa terdapat sekitar setengah juta jiwa yang pernah nyantri pada Syaikhona Muhammad Kholil dan sekitar tiga ribu dari mereka berhasil menjadi tokoh terkemuka di daerahnya masing-masing. Dengan demikian dikatakan bahwa Syaikhona Muhammad Kholil adalah pencetak tokoh dan kader, guru, dan pemimpin di Nusantara.
Terlepas dari metode yang digunakan oleh Syaikhona Muhammad Kholil dalam melakukan pengaderan, terdapat sebuah benang merah yang menjadi roh dari semua itu dan tidak bisa dilepaskan dari sosoknya yaitu sebuah kharisma. Dengan otoritas kharismatik tersebut, maka tidak mengherankan jika Syaikhona Muhammad Kholil menjadi rujukan keilmuan para santri, menjadi sosok yang mengijazahi (mengabsahkan) kualitas kelimuan seseorang dan juga menjadi problem solver baik di kalangan pesantren maupun khalayak umum.
Sedangkan metode batiniyah yang dimaksud adalah pengajaran Syaikhona Muhammad Kholil melalui kisah-kisah mistifikasinya yang diyakini kebenarannya secara masif dan merata dalam komunitas, sehingga kisah-kisah tersebut memiliki standar kebenaran tersendiri. Hal ini terekam dalam beberapa hal seperti:
1. Melalui pendekatan karamah
Syaikhona Muhammad Kholil adalah salah satu waliyullah yang karomah-nya ditampakkan oleh Allah Swt., sehingga dalam mendidik para santrinya, ia banyak melakukan hal-hal di luar kebiasaan orang-orang pada umumnya, namun terbukti kejadiannya.
Dikisahkan, pada suatu hari Syaikhona Muhammad Kholil marah besar sambil bertanya siapa di antara muridnya yang tadi malam tidur dengan istrinya. K.H. Bahar bin Noerhasan yang saat itu masih sangat belia merasa ketakutan hingga bersembunyi, karena ialah yang tadi malam bermimpi tidur dengan istri gurunya.
Setelah ditemukan dari persembunyian, K.H. Bahar bin Noerhasan pun diberi hukuman yaitu disuruh menebang pohon bambu di belakang kediaman Syaikhona Muhammad Kholil dengan menggunakan golok dengan tenggat waktu selama satu hari. Namun ternyata K.H. Bahar bin Noerhasan bisa menyelesaikannya dalam waktu setengah hari. Setelah itu, K.H. Bahar bin Noerhasan dibawa ke sebuah tempat untuk menghabiskan hidangan yang ada di sana, padahal makanan tersebut porsinya untuk 40 orang. Selain itu, K.H. Bahar bin Noerhasan juga diminta untuk menghabiskan buah-buahan di ruangan lainnya.
Setelah semuanya dapat dihabiskan, Syaikhona Muhammad Kholil pun menangis dan berkata, “Semua ilmuku telah dihabiskan Mas Bahar, sekarang pulanglah!” Padahal saat itu belum genap sebulan K.H. Bahar bin Noerhasan belajar kepada Syaikhona Muhammad Kholil. Kemudian Syaikhona Muhammad Kholil mengutus tujuh santrinya untuk belajar kepada K.H. Bahar bin Noerhasan.
2. Melalui simbol, syarat dan perumpamaan
Banyak peristiwa masyhur dalam catatan sejarah bahwa Syaikhona Muhammad Kholil mengajarkan santrinya melalui simbol, syarat, dan perumpamaan. Salah satu kisah spektakuler yang terjadi ketika Syaikhona Muhammad Kholil mengutus K.H. As’ad Syamsul Arifin untuk mengantarkan tongkat dan tasbih menuju kediaman K.H. Hasyim Asy’ari di Tebuireng Jombang serta menitipkan pesan berupa ayat Al-Qur’an surah Thaha ayat 17-23.
Dalam tongkat, tasbih, dan ayat tersebut tersimpan pesan simbolik yang tidak hanya dianggap sebagai isyarat mengenai restu untuk mendirikan jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU), tetapi juga sebagai lambang persatuan dan kekuatan NU dan NKRI di masa depan. Peristiwa besar ini terdokumentasi dalam ceramah K.H. As’ad Syamsul Arifin yang berdurasi sekitar dua jam lebih.
Tulisan ini sebagai refleksi atas peringatan haul Syaikhona Muhammad Kholil ke-100 tahun yang diperingati setiap tanggal 27 Ramadan di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan. Tahun 2022 ini merupakan peringatan satu abad sejak kita ditinggal oleh sang maha guru, guru para ulama, dan pahlawan nasional. Peninggalan yang diwariskan kepada kita sudah sepantasnya kita lestarikan bersama, karena jasa-jasa beliau kita bisa menikmati