al-Ibar.net – Bulan Ramadan adalah bulan mulia yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam sedunia. Lebih khusus lagi, bulan ini adalah bulan yang dinanti para santri karena bertepatan dengan datangnya masa berlibur. Mereka berharap agar dapat bertemu keluarga, sanak saudara, guru-guru, dan juga teman-teman lama. Liburan yang terasa begitu nikmat setelah sekian lama menahan kerinduan di lembah ilmu.
Namun, ada fenomena yang kurang mengenakkan dalam momen liburan santri. Saya tidak memukul rata, tetapi dapat dikatakan lumayan banyak santri yang memanfaatkan masa liburan untuk “balas dendam.” Dalam artian, masa ini dipakai untuk melakukan hal-hal yang selama di pesantren tidak bisa, jarang, bahkan dilarang untuk dilakukan. Nah, mumpung liburan tiba, mereka memanfaatkan waktu untuk melakukan hal-hal tersebut. Misalnya: menonton televisi, bermain ponsel, keluar rumah dengan bebas tanpa izin yang ribet, tidur sepuasnya tanpa ada gangguan, makan makanan favorit semaunya, dan banyak lagi. Bukannya tidak boleh, tetapi jika berlebihan maka akan merusak apa-apa yang sudah ditata oleh para kia, nyai, dan ustaz-ustazah selama di pesantren.
Jadi, bagaimana seharusnya para santri memanfaatkan waktu liburan? Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan santri dan juga wali santri.
Jangan Lupa Berdakwah
Santri adalah duta kaumnya untuk menuntut ilmu agama. Ini adalah tugas yang mulia, dan pahalanya setara dengan jihad fi sabilillah yang menggunakan senjata. Diharapkan ketika mereka pulang, baik sudah selesai belajar maupun masih dalam proses nyantri, mereka bisa berdakwah di antara kaumnya. Banyak jalan untuk berdakwah, bisa dengan lisanul maqal (ucapan), lisanul qalam (tulisan), ataupun lisanul hal (perbuatan nyata).
۞وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ
Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya. (Q.S: At-Taubah 9:122).
Jadilah Influencer, Jangan Influenced!
Hendaknya, selama masa liburan para santri menjadi sosok yang mempunyai pengaruh terhadap sekitarnya, dengan kelebihan ilmu yang dimiliki, juga akhlak yang telah terbentuk selama di pesantren. Dengan begitu, dia bisa menjadi influencer (memberi pengaruh) dan trendsetter (pencipta tren), bagaimana berpakaian yang sopan, bertutur kata yang baik, bertingkah laku penuh adab, dan banyak lagi. Jangan sampai selama di rumah, justru dia menjadi influenced atau yang terpengaruh hal-hal negatif, hanya karena takut dikatakan “kurang pergaulan” alias “kuper.” Banggalah dengan keimanan yang kalian miliki. Teringat pesan K.H. Moh. Tidjani Djauhari yang mengutip ayat Al-Qur’an.
وَلَا تَهِنُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ
Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman. (Q.S. Ali Imran 3: 139).
Hal itu beliau nasihatkan pada kami para santri yang kadang minder dengan kondisi, penampilan, dan prestasi kawan-kawan yang bersekolah umum alias tidak mondok.
Jadilah Insan Bermanfaat
Selama masa liburan, hendaknya para santri mengoptimalkan dirinya untuk berkhidmah. Idealnya, berkhidmah kepada umat dalam skala besar seperti membantu takmir masjid, menjadi imam atau khatib, dan semacamnya. Namun, jika itu dirasa terlalu idealis karena kemampuan setiap orang tidak sama, juga bagi santri baru yang belum terasah kemampuannya, cukuplah menjadi insan bermanfaat bagi sekitarnya.
Contohnya, dalam lingkup kecil seperti keluarga. Caranya bisa dengan membantu pekerjaan orang tua di rumah, menjaga kebersihan rumah dan sekitarnya, membantu saudara yang sedang ada hajatan, dan sebagainya. Minimal kedatangan santri di rumah jangan sampai menjadi beban tambahan bagi keluarga.
Jaga Nama Baik Keluarga dan Pesantren
Disadari atau tidak, setiap santri menyandang nama keluarga dan pesantrennya. Masyarakat sekitar pun memandangnya sebagai anak Fulan, murid Kiai Fulan, santriwati Nyai Fulanah, santri pondok ini, santriwati pondok itu. Dengan demikian, sudah menjadi tugasnya untuk menjaga nama baik orang tua dan almamater tercinta. Jika tidak mampu mengukir prestasi, setidaknya menjaga diri dari perbuatan tercela yang bisa mencoreng nama orang-orang dan pesantren tercinta.
Siapkan Lahir dan Batin untuk Kembali ke Pesantren
Masa liburan akan berlalu dengan begitu cepatnya. Tanpa terasa, akan tiba masa untuk kembali ke pesantren. Menjelang saat itu tiba, sebaiknya para santri mempersiapkan diri lahir dan batin untuk kembali menjalani kehidupan di lembah ilmu. Jika selama liburan terbiasa menonton televisi, film-film, dan sebagainya, mulailah mengurangi segala tontonan itu. Apabila setiap hari terbiasa pergi ke sana dan ke mari, hendaknya mulai mengurangi itu semua. Jika selama liburan terbiasa makan enak semaunya, hendaknya mulai membatasi diri karena sejatinya para santri harus kuat “tirakat.”
Demikianlah hal-hal yang seyogianya diperhatikan oleh para santri dan juga wali santri di rumah. Semoga liburan anak-anak santri kita penuh berkah, dan bisa kembali lagi ke pesantren dengan hati yang lapang, sehingga siap untuk menerima kucuran ilmu nafi’. Aamiin.